Curahan Hati Semua Cara

BUNG KARNO ADALAH TOKOH PENYEBAR AJARAN ISLAM

Gampang mengatakan kafir
Bung Karno menyampaikan kritiknya terhadap para ulama dan umat Islam yang telalu gampang menyebut kafir dalam Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara (1940) dan Surat-Surat Islam dari Endeh (1930-an).

Gampang sekali menyebut kafir pada sesuatu hal. Kafir Kafir pada pengetahuan barat; Kafir bila bergaul dengan bangsa yang bukan Islam; Kafir mengenai barang-barang baru; Kafir mengenai sendok, garpu dan bahkan kursi. Radio dan kedokteran juga Kafir.

Bagi Bung Karno, yang mengatakan kafir pada pengetahuan dan kecerdasan, listrik, radio dan sesuatu yang baru/ update adalah mereka-mereka yang ingin tinggal dalam keterbelakangan. Bayangkan makan tanpa menggunakan sendok dan selalu naik onta.

"Astagfirullah...Inikah agama yang direstui Allah? Inikah Islam?", tulisnya.

Taklid yang buta
Menurut Bung Karno taklid itu diibaratkan seperti debu, asap, abu dan bukan api. Islam bukan sesuatu yang harus dipikirkan lagi secara bebas tapi lebih untuk monopoli kaum tirakat dan kaum fakih.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa para ulama dalam segala waktu terikat pada perkataan ucapan ulama terdahulu, masing-masing dari kalangan mazhabnya. Akhirnya syariat itu bergantung pada 'ijma' dan bukan lagi bersumber dari firman yang asli yang ia kutip dari Snouck Hurgronje.

"Padahal sumber utama dari Islam itu adalah Sunnah Rasul dan Kalam Allah. Dengan kedua hal itulah para ulama harusnya mengambil kesimpulan pada suatu hukum', imbuhnya.

Bagi Bung Karno, Al-Quran dan Hadits tidak akan pernah berubah bahkan akan tetap teguh selama-lamanya, tidak akan pernah lapuk bila terkena hujan dan tidak akan lekang bila terkena panas. Hanya saja pandangan masyarakat yang akan selalu berubah, mengalir, berevolusi dan dinamis.

Fikih yang diutamakan
Tiang keagamaan Islam bukan satu-satunya adalah fikih. Tiang paling utama terletak pada ketaatan dan ketundukan jiwa kita pada Allah.

Menurut Bung karno, bila 'fikih' disaring sedemikian rupa untuk mencapai kemurniaan maka tidak dapat mencangkup syarat sejati mengenai ketuhanan, akhlak, berhajat kepada tauhid dan kebaktian ruhani kepada Allah.

Hal ini bukan berarti bahwa Bung Karno sangat membenci fikih. Fikih itu tetap penting. Masyarakat Islam tidak bisa berdiri bila tanpa hukum-hukum fikih dan hal ini seperi halnya aturan perundang-undangan dalam masyarakat.

Bagi Bung Karno, ia hanya membenci orang-orang dan kehidupan agama yang lebih mendasarkan diri kepada fikih. Kepada mereka yang hanya dan terlalu mendasarkan diri pada hukum syariat-syariat itu saja. Hal yang lebih baik adalah selain mempelajari mengenai fikih tapi juga belajar pada visi dan nilai yang terkandung dalam Al-Quran.

Sejarahnya tidak paham
Kata Bung Karno, baik ulama dan para kyai yang ada dan kita punyai tidak banyak yang mengerti mengenai sejarah Islam. Minat mereka hanya pada agama dan terutama bila mengenai fikih. Tapi kosong dalam hal pengetahuan sejarah Islam. Bila diselidiki, sejarah Islam merupakan padang yang sangat penting dalam hal penyelidikan.

Paling beruntung kata Bung Karno jika mereka sudah mengetahui tarikh Islam. Seharusnya mereka sudah bisa menggali dan menemukan ilmu yang berharga bila mempelajari tarikh Islam.

"Namun pada umumnya kita hanya mengenal isi keseluruhan kitab fikih, tahu semua larangan dari yang paling besar sampai yang paling kecil tapi tidak tahu mengenai apa yang dilakukan Nabi, Sahabat Nabi, Tabiin dan Khalifah dalam kehidupan sehari-hari dan mengurus negara", lanjutnya.

"Kebutaan ini disebabkan karena tidak mengenal tarikh. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, Islam itu bisa terbang dengan tinggi layaknya burung garuda karena tidak hanya menggaungkan fikih tapi juga tauhid dan etik Islam yang membara. Fikih itu hanya kendaraan saja", tegasnya.

Hadis lemah digunakan sebagai pedoman
Sebagian dari ulama menyatakan bahwa hadis lemah bisa dijadikan sumber dalam hukum asal tidak bertentangan dengan Al-Quran. Namun bagi Bung Karno, hadis lemah merupakan salah satu diantara penyebab kemunduran Islam.

Bung Karno menerangkan bahwa ketakhayulan Islam, kemesuman Islam, kekunoan Islam dan kemunduran Islam lebih banyak disebabkan oleh hadis-hadis yang lemah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa hadis-hadis yang lemah lebih sering laku dibandingkan dengan ayat Al-Quran.


0 komentar:

Post a Comment

Warning
Dilarang menggunakan kata sara